Assalamu'alaikum wr. wb
Haii sobat!! Kali ini OP nge-post tugas Teks Biografi mapel B. Indonesia, daripada bingung, mending copas sini aja.. hehehehe
Soal:
1) Tentukan isi/paragraf yang menunjukan
bentuk perjuangan tokoh tersebut!!
2) Buatlah teks biografi tersebut menjadi 7
nomer!
3) Susunlah struktur biografi tersebut
dalam tabel!
4) Mempresentasikan struktur biografi
Jawab:
1.) Tentukan isi/paragraf yang menunjukan
bentu perjuangan tokoh tersebut!!
a) Masa Kanak-kanak
Agus Salim dilahirkan
tanggal 8 Oktober 1884 di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumbar. Ayahnya bernama
Sutan Moh yang bekerja sebagai jaksa. Ibunya bernama Siti Zaenab. Agus Salim
termasuk keturunan ulama terkenal di Sumatera Barat. Keluarganya termasuk orang
yang berpendidikan. Pada tahun 1891, Agus Salim dimasukkan oleh orang tuanya di ELS (Europesche Lagere
School) yaitu sekolah dasar belanda di Bukittinggi. Ia diterima karena anak
dari seorang jaksa dan kedudukanya dianggap setara dengan anak belanda. Hanya
sebagian kecil anak indonesia yg belajar di ELS. Selain itu ia juga belajar
mengaji dan dalam waktu dekat ia mampu bersilat.
b) Masa Muda
Setelah menyelesaikan
sekolah dasar pada tahun 1898, Agus Salim melanjutkan pelajarannya ke sekolah
menengah Belanda (HBS) di Jakarta. Di samping mengikuti pelajaran di sekolah
umum, Agus Salim juga memperdalam agama islam dengan belajar sendiri. Ia taat
melakukan ibadat. Di sekolah, Agus Salim terus menonjol. Ia pandai bergaul
dengan teman – temannya. Agus Salim tidak merasa rendah diri terhadap anak-anak
Belanda dalam pelajaran. Agus Salim juga pandai bergaul di masyarakat
sekelilingnya. Ia menganggap orang tempat tinggalnya sebagai orang tuanya
sendiri. Dalam ujian penghabisan HBS tahun 1903, Agus Salim lulus dengan
mendapat peringkat nomor satu. Guru-gurunya berharap dia melanjutkan ke sekolah
dokter (STOVIA), tetapi ia tidak ingin melanjutkan pelajaran lagi
c) Masa Dewasa
Setelah selesai HBS, Agus
Salim berusaha untuk belajar sendiri, sambil bekerja untuk mencari pengalaman.
Mula-mula ia bekerja sebagai penerjemah, kemudian pembantu notaris. Pada tahu
1906, Agus Salim bekerja pada Konsulat Belanda di Jeddah. Ia mempunyai
kesempatan yang luas untuk memperdalam ilmu agama Islam dan belajar Bahasa
Arab. Agus Salim menikah dengan gadis
Arab, tetapi sewaktu ia akan kembali ke Iandonesia, istrinya tidak bersedia
ikut. Mereka terpaksa bercerai. Pada tahun 1922, H. Agus Salim kembali ke
Indonesia dan bekerja pada Jawatan Pekerja Umum dan Tenaga. Pada tahun 1912, ia
pulang ke kampung halamanya untuk mendirikan sekolah dasar (HIS) di Koto
Gadang. Ia kawin dengan kemenakan ayahnya, Zainatun Nahar dan dikaruniai
empat orang anak.
d) Perjuangan H. Agus Salim dalam
Pergerakan Nasional
Pada tahun 1915, H. Agus
Salim memasuki Sarekat Islam (SI). Ia terpilih menjadi anggota pengurus besar
bersama H.O.S. Tjokroaminoto dan Abdul Muis. H. Agus Salim aktif dalam SI dan
ikut membersihkan organisasi itu dari pengaruh komunis. Dalam kongres nasional
di Surabaya Tahun 1921, golongan komunis dikeluarkan oleh H. Agus Salim dari SI.
Dari tahun 1921-1924, H. Agus Salim menjadi anggota Dewan Rakyat (Volksraad).
Ia tetap memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui dewan ini. Pada tahun
1924. H. Agus Salim berhenti menjadi anggota Volksraad. Ia mencurahkan
perhatian sepenuhnya dalam pergerakan kebangsaan dan cita cita SI. H. Agus
Salim juga giat dalam bidang kewartawanan. Ia berpendirian bahwa surat kabar
memegang peranan penting dalam perjuangan. Pada tahun 1929, H. Agus Salim pergi
ke Jenewa sebagai utusan kaum buruh menghadiri
Konferensi Buruh Internasional. Dalam konferensi itu, ia bepidato dalam bahasa
Perancis. Dalam perjalanan itu ia terus ke negeri Belanda. Pada tahun 1934,
H.O.S Tjokroaminoto meninggal dunia H. Agus Salim terpilih menjadi ketua PSII.
Kemudian pada tahun 1936, H. Agus Salim mendirikan Barisan Penyedar H. Agus
Salim memimpin dan menyelenggarakan Kongres Al-Islam, mencari jalan mewujudkan
persatuan Islam dan kerja sama diantara kaum muslimin. Pada zaman pendudukan
Jepang (tahun 1924-1945), H. Agus Salim diangkat menjadi anggota Dewan
Pertimbangan Putera.
e) Perjuangan H. Agus Salim dalam
Lapangan Agama
Pada tahun 1925, H. Agus
Salim diangkat menjadi penasihat Jong Islamieten Bond (JIB). H. Agus Salim
mempunya cita-cita kebangsaan berdasarkan agama Islam (memajukan negeri
berdasarkan cita-cita Islam).
f) Perjuangan H. Agus Salim pada Zaman
Revolusi
Pada permulaan revolusi,
H. Agus Salim terpilih menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Pada
tahun 1946, beliau menjadi Penasihat Menteri Luar Negeri. Kemudian, dia
diangkat menjadi Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir II dan III.
Pada tahun 1947, beliau memimpin perutusan
Indonesia ke Konferensi Antar Asia di New Delhi (India). Dalam Kabinet
Amir Sjarifuddin, H. Agus Salim diangkat menjadi Menteri Luar Negeri. Kemudian
bersama Syahrir diutus ke PBB (New York) untuk berpidato di forum dunia itu.
Dalam Kabinet Hatta I dan II, H. Agus Salim juga diangkat kembali menjadi
Menteri Luar Negeri.
g) Sesudah pengakuan kedaulatan
Sesudah pengakuan
Kedaulatan pada tahun 1950, H. Agus Salim diangkat sebagai Penasihat Menteri
Luar Negeri. Disamping itu, beliau giat kembali dalam dunia karang-mengarang
dan mulai meninggalkan kegiatan politik dan pemerintahan. Pada tahun 1953, H.
Agus Salim pergi ke Amerika Serikat menjadi Guru Besar Agama Islam pada Cornell
University dan Princeton University. Pada tahun itu juga, H. Agus Salim diutus
oleh Pemerintahan Ri mewakili pemerintah pada penobatan Ratu Elizabeth II dari
Inggris. Setelah 10 bulan di luar negri, beliau kembali ke Indonesia dan
diangkat menjadi guru besar pada PTAIN, yogyakarta. Pada tanggal 4 November
1954, H. Agus Salim wafat dalam usia 70 tahun.
2.) Buatlah teks biografi tersebut
menjadi 7 nomer!
(1) Agus Salim dilahirkan tanggal 8 Oktober
1884 di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumbar. Ayahnya bernama Sutan Moh yang
bekerja sebagai jaksa. Ibunya bernama Siti Zaenab. Agus Salim termasuk
keturunan ulama terkenal di Sumatera Barat. Keluarganya termasuk orang yang
berpendidikan. Pada tahun 1891, Agus Salim dimasukkan oleh orang tuanya di ELS (Europesche Lagere
School) yaitu sekolah dasar belanda di Bukittinggi. Ia diterima karena anak
dari seorang jaksa dan kedudukanya dianggap setara dengan anak belanda. Hanya
sebagian kecil anak indonesia yg belajar di ELS. Selain itu ia juga belajar
mengaji dan dalam waktu dekat ia mampu bersilat.
(2) Setelah menyelesaikan sekolah dasar
pada tahun 1898, Agus Salim melanjutkan pelajarannya ke sekolah menengah
Belanda (HBS) di Jakarta. Di samping mengikuti pelajaran di sekolah umum, Agus
Salim juga memperdalam agama islam dengan belajar sendiri. Ia taat melakukan
ibadat. Di sekolah, Agus Salim terus menonjol. Ia pandai bergaul dengan teman –
temannya. Agus Salim tidak merasa rendah diri terhadap anak-anak Belanda dalam
pelajaran. Agus Salim juga pandai bergaul di masyarakat sekelilingnya. Ia
menganggap orang tempat tinggalnya sebagai orang tuanya sendiri. Dalam ujian
penghabisan HBS tahun 1903, Agus Salim lulus dengan mendapat peringkat nomor
satu. Guru-gurunya berharap dia melanjutkan ke sekolah dokter (STOVIA), tetapi
ia tidak ingin melanjutkan pelajaran lagi.
(3) Setelah selesai HBS, Agus Salim
berusaha untuk belajar sendiri, sambil bekerja untuk mencari pengalaman.
Mula-mula ia bekerja sebagai penerjemah, kemudian pembantu notaris. Pada tahu
1906, Agus Salim bekerja pada Konsulat Belanda di Jeddah. Ia mempunyai
kesempatan yang luas untuk memperdalam ilmu agama Islam dan belajar Bahasa
Arab. Agus Salim menikah dengan gadis
Arab, tetapi sewaktu ia akan kembali ke Iandonesia, istrinya tidak bersedia
ikut. Mereka terpaksa bercerai. Pada tahun 1922, H. Agus Salim kembali ke
Indonesia dan bekerja pada Jawatan Pekerja Umum dan Tenaga. Pada tahun 1912, ia
pulang ke kampung halamanya untuk mendirikan sekolah dasar (HIS) di Koto Gadang.
Ia kawin dengan kemenakan ayahnya, Zainatun Nahar dan dikaruniai empat orang
anak.
(4) Pada tahun 1915, H. Agus Salim
memasuki Sarekat Islam (SI). Ia terpilih menjadi anggota pengurus besar bersama
H.O.S. Tjokroaminoto dan Abdul Muis. H. Agus Salim aktif dalam SI dan ikut
membersihkan organisasi itu dari pengaruh komunis. Dalam kongres nasional di
Surabaya Tahun 1921, golongan komunis dikeluarkan oleh H. Agus Salim dari SI.
Dari tahun 1921-1924, H. Agus Salim menjadi anggota Dewan Rakyat (Volksraad). Ia
tetap memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui dewan ini. Pada tahun 1924.
H. Agus Salim berhenti menjadi anggota Volksraad. Ia mencurahkan perhatian
sepenuhnya dalam pergerakan kebangsaan dan cita cita SI. H. Agus Salim juga
giat dalam bidang kewartawanan. Ia berpendirian bahwa surat kabar memegang
peranan penting dalam perjuangan.
(5)
.
Pada tahun 1929, H. Agus Salim pergi ke
Jenewa sebagai utusan kaum buruh menghadiri Konferensi Buruh
Internasional. Dalam konferensi itu, ia bepidato dalam bahasa Perancis. Dalam
perjalanan itu ia terus ke negeri Belanda. Pada tahun 1934, H.O.S Tjokroaminoto
meninggal dunia H. Agus Salim terpilih menjadi ketua PSII. Kemudian pada tahun
1936, H. Agus Salim mendirikan Barisan Penyedar H. Agus Salim memimpin dan
menyelenggarakan Kongres Al-Islam, mencari jalan mewujudkan persatuan Islam dan
kerja sama diantara kaum muslimin. Pada zaman pendudukan Jepang (tahun
1924-1945), H. Agus Salim diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Putera. Pada
tahun 1925, H. Agus Salim diangkat menjadi penasihat Jong Islamieten Bond
(JIB). H. Agus Salim mempunya cita-cita kebangsaan berdasarkan agama Islam
(memajukan negeri berdasarkan cita-cita Islam).
(6) Pada permulaan revolusi, H. Agus
Salim terpilih menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Pada tahun 1946,
beliau menjadi Penasihat Menteri Luar Negeri. Kemudian, dia diangkat menjadi
Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir II dan III. Pada tahun 1947,
beliau memimpin perutusan Indonesia ke
Konferensi Antar Asia di New Delhi (India). Dalam Kabinet Amir Sjarifuddin, H.
Agus Salim diangkat menjadi Menteri Luar Negeri. Kemudian bersama Syahrir
diutus ke PBB (New York) untuk berpidato di forum dunia itu. Dalam Kabinet
Hatta I dan II, H. Agus Salim juga diangkat kembali menjadi Menteri Luar
Negeri.
(7) Sesudah pengakuan Kedaulatan pada
tahun 1950, H. Agus Salim diangkat sebagai Penasihat Menteri Luar Negeri.
Disamping itu, beliau giat kembali dalam dunia karang-mengarang dan mulai
meninggalkan kegiatan politik dan pemerintahan. Pada tahun 1953, H. Agus Salim
pergi ke Amerika Serikat menjadi Guru Besar Agama Islam pada Cornell University
dan Princeton University. Pada tahun itu juga, H. Agus Salim diutus oleh
Pemerintahan Ri mewakili pemerintah pada penobatan Ratu Elizabeth II dari
Inggris. Setelah 10 bulan di luar negri, beliau kembali ke Indonesia dan
diangkat menjadi guru besar pada PTAIN, yogyakarta. Pada tanggal 4 November
1954, H. Agus Salim wafat dalam usia 70 tahun.
3.) Susunlah struktur biografi tersebut
dalam tabel!
Struktur
Teks
|
Kalimat
Dalam Teks
|
Orientasi
|
Agus Salim dilahirkan tanggal 8
Oktober 1884 di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumbar. Ayahnya bernama Sutan Moh
yang bekerja sebagai jaksa. Ibunya bernama Siti Zaenab. Agus Salim termasuk
keturunan ulama terkenal di Sumatera Barat. Keluarganya termasuk orang yang
berpendidikan. Pada tahun 1891, Agus Salim dimasukkan oleh orang tuanya di ELS (Europesche Lagere
School) yaitu sekolah dasar belanda di Bukittinggi. Ia diterima karena anak
dari seorang jaksa dan kedudukanya dianggap setara dengan anak belanda. Hanya
sebagian kecil anak indonesia yg belajar di ELS. Selain itu ia juga belajar
mengaji dan dalam waktu dekat ia mampu bersilat.
|
Peristiwa
& Masalah
|
Setelah menyelesaikan sekolah dasar
pada tahun 1898, Agus Salim melanjutkan pelajarannya ke sekolah menengah
Belanda (HBS) di Jakarta. Di samping mengikuti pelajaran di sekolah umum,
Agus Salim juga memperdalam agama islam dengan belajar sendiri. Ia taat
melakukan ibadat. Di sekolah, Agus Salim terus menonjol. Ia pandai bergaul
dengan teman – temannya. Agus Salim tidak merasa rendah diri terhadap
anak-anak Belanda dalam pelajaran. Agus Salim juga pandai bergaul di
masyarakat sekelilingnya. Ia menganggap orang tempat tinggalnya sebagai orang
tuanya sendiri. Dalam ujian penghabisan HBS tahun 1903, Agus Salim lulus
dengan mendapat peringkat nomor satu. Guru-gurunya berharap dia melanjutkan
ke sekolah dokter (STOVIA), tetapi ia tidak ingin melanjutkan pelajaran lagi.
Setelah selesai HBS, Agus Salim berusaha untuk belajar sendiri, sambil bekerja
untuk mencari pengalaman. Mula-mula ia bekerja sebagai penerjemah, kemudian
pembantu notaris. Pada tahu 1906, Agus Salim bekerja pada Konsulat Belanda di
Jeddah. Ia mempunyai kesempatan yang luas untuk memperdalam ilmu agama Islam
dan belajar Bahasa Arab. Agus Salim menikah
dengan gadis Arab, tetapi sewaktu ia akan kembali ke Iandonesia,
istrinya tidak bersedia ikut. Mereka terpaksa bercerai. Pada tahun 1922, H.
Agus Salim kembali ke Indonesia dan bekerja pada Jawatan Pekerja Umum dan
Tenaga. Pada tahun 1912, ia pulang ke kampung halamanya untuk mendirikan
sekolah dasar (HIS) di Koto Gadang. Ia kawin dengan kemenakan ayahnya,
Zainatun Nahar dan dikaruniai empat orang anak.
Pada tahun 1915, H. Agus Salim
memasuki Sarekat Islam (SI). Ia terpilih menjadi anggota pengurus besar
bersama H.O.S. Tjokroaminoto dan Abdul Muis. H. Agus Salim aktif dalam SI dan
ikut membersihkan organisasi itu dari pengaruh komunis. Dalam kongres
nasional di Surabaya Tahun 1921, golongan komunis dikeluarkan oleh H. Agus
Salim dari SI. Dari tahun 1921-1924, H. Agus Salim menjadi anggota Dewan
Rakyat (Volksraad). Ia tetap memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui
dewan ini. Pada tahun 1924. H. Agus Salim berhenti menjadi anggota Volksraad.
Ia mencurahkan perhatian sepenuhnya dalam pergerakan kebangsaan dan cita cita
SI. H. Agus Salim juga giat dalam bidang kewartawanan. Ia berpendirian bahwa
surat kabar memegang peranan penting dalam perjuangan. Pada tahun 1929, H.
Agus Salim pergi ke Jenewa sebagai
utusan kaum buruh menghadiri Konferensi Buruh Internasional. Dalam konferensi
itu, ia bepidato dalam bahasa Perancis. Dalam perjalanan itu ia terus ke
negeri Belanda. Pada tahun 1934, H.O.S Tjokroaminoto meninggal dunia H. Agus
Salim terpilih menjadi ketua PSII. Kemudian pada tahun 1936, H. Agus Salim
mendirikan Barisan Penyedar H. Agus Salim memimpin dan menyelenggarakan
Kongres Al-Islam, mencari jalan mewujudkan persatuan Islam dan kerja sama
diantara kaum muslimin. Pada zaman pendudukan Jepang (tahun 1924-1945), H.
Agus Salim diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Putera. Pada tahun
1925, H. Agus Salim diangkat menjadi penasihat Jong Islamieten Bond (JIB). H.
Agus Salim mempunya cita-cita kebangsaan berdasarkan agama Islam (memajukan
negeri berdasarkan cita-cita Islam). Pada permulaan revolusi, H. Agus Salim
terpilih menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Pada tahun 1946,
beliau menjadi Penasihat Menteri Luar Negeri. Kemudian, dia diangkat menjadi
Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir II dan III. Pada tahun 1947, beliau
memimpin perutusan Indonesia ke
Konferensi Antar Asia di New Delhi (India). Dalam Kabinet Amir Sjarifuddin,
H. Agus Salim diangkat menjadi Menteri Luar Negeri. Kemudian bersama Syahrir
diutus ke PBB (New York) untuk berpidato di forum dunia itu. Dalam Kabinet
Hatta I dan II, H. Agus Salim juga diangkat kembali menjadi Menteri Luar
Negeri.
|
Reorientasi
|
Sesudah pengakuan Kedaulatan pada
tahun 1950, H. Agus Salim diangkat sebagai Penasihat Menteri Luar Negeri.
Disamping itu, beliau giat kembali dalam dunia karang-mengarang dan mulai
meninggalkan kegiatan politik dan pemerintahan. Pada tahun 1953, H. Agus
Salim pergi ke Amerika Serikat menjadi Guru Besar Agama Islam pada Cornell
University dan Princeton University. Pada tahun itu juga, H. Agus Salim diutus
oleh Pemerintahan Ri mewakili pemerintah pada penobatan Ratu Elizabeth II
dari Inggris. Setelah 10 bulan di luar negri, beliau kembali ke Indonesia dan
diangkat menjadi guru besar pada PTAIN, yogyakarta. Pada tanggal 4 November
1954, H. Agus Salim wafat dalam usia 70 tahun.
|
Sekian dari saya,
Wassalamu'alaikum wr.wb.